Sekilas Beberapa Pandangan Para Ilmuwan Barat yang menolak adanya Tuhan:
i. Pandangan Sir Issac Newton
Newton memperkenalkan kepada seluruh dunia bahwa alam ini terikat oleh hukum-hukum alam yang tetap. Benda-benda langit di cakrawala beredar sesuai dengan hukum-hukum alam yang mengikatnya, yakni beredar di garis orbitnya dan tidak pernah keluar dari orbitnya karena ketika keluar maka alam semesta ini akan hancur. Oleh karena itu, semua yang terjadi di alam semesta ini adalah hasil dari mekanisasi alam biasa dan campur tangan manusia, tidak ada bukti keterlibatan kekuasaan Tuhan.
ii. Pandangan Sigmund Freud
Agama merupakan hasil produksi alam bawah sadar manusia, dan bukanlah merupakan hal yang mempunyai wujud dalam alam nyata. Tuhan itu tidak lah ada, dan hanya merupakan pantulan pribadi manusia pada layar alam. Alam akherat itu tidak ada karena hanyalah gambaran idealis dari keinginan manusia. Sedang wakhyu dan ilham hanya merupakan penjelmaan yang luar biasa dari repressi anak-anak yang tertekan jiwanya.
iii. Pandangan Stanley Miller
Segala yang ada di alam semesta ini berasal dari satu partikel yang itu menyerupai virus yang terbentuk dari suatu reaksi di alam yakni NH4, O2, H20 dan halilintar. Dari satu materi inilah kemudian berkembang menjadi berbagai macam makhluk yang ada di bumi ini setelah mengalami revolusi.
iv. Pandangan Dalton dan Albert Enstein
Dalton mengemukakan bahwa atom tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan. Dan enstein menyatakan bahwa massa sebelum reaksi sama dengan massa setelah direaksikan atau sering dinamakan hukum kekekalan massa. Ini berarti alam semesta sudah ada dari jaman azali dan tidak berasal dari Tuhan.
Pandangan beberapa ilmuwan di atas merupakan pemikiran mereka yang subjektif. Pemikiran manusia itu lemah dan ilmu yang dimiliki manusia sangat terbatas.
Berikut adalah beberapa bukti bahwa Tuhan itu ada dengan ilmu pengetahuan:
1. Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan
Adanya alam serta organisasinya yang
menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak memberikan
penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu
“Akal” yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa
dirinya “ada” dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu
dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah
dan kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam,
maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak
ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada
penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam semesta
yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta?
2. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Ilmu Fisika
Sampai abad ke-19 pendapat yang
mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri (alam bersifat azali)
masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “hukum kedua
termodinamika” (Second law of Thermodynamics), pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak.
Hukum tersebut yang dikenal dengan
hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi panas
membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum
tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan
panas beralih menjadi tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin,
yakni energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas
menjadi panas. Perubahan energi panas dikendalikan oleh keseimbangan
antara “energi yang ada” dengan “energi yang tidak ada”.
Bertitik tolak dari kenyataan bahwa
proses kerja kimia dan fisika di alam terus berlangsung, serta
kehidupan tetap berjalan. Hal itu membuktikan secara pasti bahwa alam
bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam
sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tidak akan
ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh karena itu pasti ada yang
menciptakan alam yaitu Tuhan.
3. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Ilmu Astronomi
Benda alam yang paling dekat dengan
bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi sekitar 240.000 mil, yang
bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap edarannya selama
dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak
93.000.000.000 mil dari matahari berputar pada porosnya dengan
kecepatan seribu mil per jam dan menempuh garis edarnya sepanjang
190.000.000 mil setiap setahun sekali. Di samping bumi terdapat gugus
sembilan planet tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi matahari
dengan kecepatan luar biasa.
Matahari tidak berhenti pada suatu
tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama-sama dengan planet-planet
dan asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil
per jam. Di samping itu masih ada ribuan sistem selain “sistem tata
surya” kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy
sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis
edarnya. Galaxy dimana terletak sistem matahari kita, beredar pada
sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam 200.000.000 tahun
cahaya.
Logika manusia dengan memperhatikan
sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti, akan berkesimpulan
bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya, bahkan akan
menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan maha besar yang
membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan
maha besar tersebut adalah Tuhan.
4. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Ilmu Matematika
Jika kita pelajari tentang peluang, misalnya dalam sebuah dadu terdapat 6 sisi dari angka 1 sampai 6..
apabila kamu ingin memperoleh angka 5 atau 6, maka peluang kamu untuk mendapat angka-angka tersebut adalah 2/6 atau 1/3....
sama halnya dengan penciptaan alam semesta,
jika tidak ada zat yang menciptakan alam semesta = 0
luas alam semesta = tak terbatas ( ~ )
maka perhitungannya, 0 dibagi ~
jadi peluang adanya alam semesta tanpa Tuhan = 0
berarti harus ada sosok yang menciptakan alam yaitu Tuhan.
5. Penciptaan Alam Semesta Berasal dari Ketiadaan atau berasal dari Tuhan
Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini "bergerak menjauhi' kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita.
Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala seuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus "mengembang". Agar lebih mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang.
Apa arti dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal' ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki 'volume nol', dan 'kepadatan tak terhingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini. Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang', dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol' merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, alam semesta telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan dalam Al-Quran 14 abad yang lalu.